Aunu Rauf
Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku sosial masyarakat. Adanya kebijakan lockdown, PSBB, dan PPKM menuntut masyarakat untuk lebih banyak tinggal di rumah. Untuk mengusir kejenuhan, banyak moms, bunda, dan emak-emak yang kemudian mengisi hari-harinya dengan kegiatan merawat dan mengoleksi tanaman hias. Teras rumah pun berubah jadi "kebun" (Gambar 1).
Gambar 1.Teras rumah yang dipenuhi tanaman hias (Foto: Aunu Rauf) |
Berbagai macam tanaman hias menjadi ngetren selama masa pandemi. Sebut saja keladi (Caladium, Alocasia, Colocasia), sri rezeki (Aglaonema), dan sudah tentu si janda bolong (Monstera adansonii). Harganya pun tetiba melambung tinggi. Keladi dibanderol Rp. 20.000 hingga Rp. 400.000, sementara janda bolong sempat menyentuh Rp. 2.500.000 bahkan lebih.
Kalau kemudian saya ikut-ikutan merawat tanaman dan melebur dengan kegiatan emak-emak, itu bukan semata-mata karena ada janda bolong, tetapi lebih karena ada daun keladi yang memang bolong dimakan ulat.
Selama ini, ulat keladi tampaknya luput dari perhatian kita. Tidak banyak informasi berbahasa Indonesia tentang hama ini ditemukan di internet. Dari deskripsi dan catatan yang ada dalam buku "Uit Java's Vlinderleven" (Dupont & Sheepmaker 1936) dan "De Plagen van de Cultuur-Gewassen in Indonesie" (Kalshoven 1951) serta foto-foto dari Pittaway (2022), ulat yang menyerang keladi hias di teras rumah tadi adalah Hippotion celerio (Linneaus) (Lepidoptera: Sphingidae).
Ulat H. celerio yang semula hidup pada keladi liar yang tumbuh di lantai hutan atau semak belukar, atau kebun talas di lahan petani, bergeser memperluas habitatnya ke halaman dan teras rumah. Kini ulat H. celerio berstatus sebagai synanthropic species, yaitu spesies yang berasosiasi dengan pemukiman manusia.
Selain H. celerio, juga ditemukan ulat lainnya yaitu Eupanacra elegantulus (Herrich-Schaffer) (Lepidoptera: Sphingidae), terutama pada Aglaonema (klik di sini)
Mengenal gejala awal serangan
Gejala awal serangan H. celerio dicirikan oleh adanya sobekan atau gigitan pada bagian tepi atau tengah daun(Gambar 2). Bila Bunda melihat gejala itu, coba saja periksa bagian permukaan bawah daun. Bunda akan menemukan ulat yang masih berukuran kecil berwarna hijau pucat dengan "tanduk" atau "ekor" berwarna hitam pada ujung tubuhnya (Gambar 3).
Gambar 2. Gejala awal serangan pada daun oleh ulat Hippotion celerio (Foto: Aunu Rauf) |
Gambar 3. Latva instar awal Hippotion celerio yang terdapat pada permukaan bawah daun terserang (Foto: Aunu Rauf) |
Persebaran
Hippotion celerio tersebar luas di Afrika dan Asia bagian selatan termasuk Indonesia, serta sebagai serangga migran di bagian selatan Eropa dan Australia (Gambar 4).
|
Siklus hidup
Telur. Telur berbentuk bundar, berdiameter 1-1.5 mm, diletakkan secara tunggal pada permukaan bawah atau atas daun, atau pada tangkai daun. Jarang ditemukan lebih dari satu butir telur dalam satu daun. Telur berwarna hijau terang atau kuning pucat, dengan permukaan halus (Gambar 5). Masa inkubasi telur berlangsung 3-5 hari.
Gambar 5. Telur Hippotion celerio (Foto: Aunu Rauf) |
Larva. Larva yang baru keluar dari telur berwarna kekuningan, dengan tanduk yang relatif panjang dan berwarna hitam. Setelah makan jaringan daun, tubuh larva berubah menjadi hijau kekuningan. Larva terdiri dari lima instar. Larva instar-instar berikutnya umumnya berwarna hijau rumput.
Larva instar-5 berukuran 80-90 mm. Terdapat dua pola pewarnaan, yaitu larva yang tubuhnya berwarna hijau dan yang berwarna cokelat gelap (Gambar 6). Ciri khas dari ulat H. celerio yaitu adanya satu tanduk yang berbentuk lurus dan berwarna hitam pada ujung abdomen, serta sepasang marka berbentuk bintik mata berukuran besar, berwarna kuning dan hijau pada ruas abdomen ke-3, dan sepasang lagi yang berukuran lebih kecil pada abdomen ruas ke-4. Terdapat garis dorso-lateral berwarna krem yang membujur sepanjang tubuh dari abdomen ruas ke-5 hingga tanduk.
Gambar 6. Larva instar-5 Hippotion celerio yang berwarna hijau dan cokelat gelap (Foto: Aunu Rauf) |
Prapupa. Menjelang berkepompong, tubuh larva instar lanjut berubah warna menjadi lebih gelap (Gambar 7), berhenti makan, dan turun ke tanah untuk membentuk kokon yang terbuat dari serpihan serasah.
Gambar 7. Prapupa Hippotion celerio (Foto: Aunu Rauf) |
Gambar 8. Pupa Hippotion celerio (Foto: Aunu Rauf) |
Imago. Ngengat umumnya muncul dari pupa pada malam hari. Rentang sayap 60-80 mm. Tubuh ramping dengan kepala dan mata berukuran besar. Sayap depan berukuran panjang, sempit, jauh lebih besar daripada sayap belakang. Sayap depan memiliki setrip berwarna cokelat dan putih krem (Gambar 9).
Gambar 9. Imago Hippotion celerio (Foto: Aunu Rauf) |
Tumbuhan inang dan status hama
Larva makan daun dari tanaman famili Araceae seperti Alocasia, Caladium, Colocasia. Tanaman yang terserang berat oleh ulat H. celerio yang berukuran besar seringkali hanya meninggalkan tangkai dan tulang daun saja.
Di kebun talas, ulat H. celerio jarang menimbulkan kerusakan berat karena populasinya umumnya dikendalikan oleh musuh alaminya. Di antara musuh alami yang paling penting adalah parasitoid telur Trichogramma sp. Lebih dari itu, tanaman talas cukup toleran terhadap kerusakan daun.
Lain halnya dengan keladi hias yang dipelihara di halaman atau teras rumah. Kerusakan sedikit saja pada daun dipastikan akan menurunkan nilai estetikanya
Deteksi dini dan pengendalian mekanis
Pada saat Bunda menyiram tanaman di pagi hari, selalu perhatikan kesehatan tanaman. Jika ada daun yang sobek atau bolong (Gambar 2), periksalah bagian permukaan bawahnya. Jika ditemukan ulat (Gambar 3), segera pungut dan matikan secara mekanis dengan tangan atau alat lainnya. Penggunaan insektisida di sekitar rumah sangat tidak dianjurkan.
Referensi
Comstock JA. 1966. Pacific Insects Monograph 11. Hawaii: Bishop Museum.
Diongzon Jr OCE, Gapasin DP. 1981.Biology of taro hornworm, Hippotion celerio L. Annals of Tropical Research 3(2): 101-110.
Dupont F, Sheepmaker GJ. 1936. Uit Java's Vlinderleven. Batavia: NV Bookhandel en Drukkerij Visser & Co.
Jeenkoed R, Bumroongsook S, Tigvattananont. 2016. Biology and host plants of Hippotion celerio (L.) (Lepidoptera: Sphingidae). International Journal of Agricultural Technology 12(7.2): 2089-2094.
Kalshoven LGE. 1951. De Plagen van de Cultuur-Gewassen in Indonesie. Deel II. Bandoeng: NV Uitgeverij W van Hoeve . S-Gravenhage.
Pittaway AR. 2022. Hippotion celerio (Linnaeus). http://tpittaway.tripod.com/sphinx/h_cel.htm). Diakses tanggal 20 Juli 2022.
Untuk keperluan sitasi, silakan tulis:
Rauf A. 2022. Pandemi menghantarkan ulat keladi Hippotion celerio ke teras rumah. https://www.serbaserbihama.com/2022/07/pandemi-ulat-keladi-Hippotion-celerio.html. Diakses tanggal (sebutkan).
2 comments:
Selalu ada yang menarik dari hama ya pak
Benar sekali. Banyak yang menarik dari dunia serangga.
Maaf baru jawab.
Post a Comment