Buku yang oleh para mahasiswa kerap diplesetkan sebagai "boring and too long" itu terakhir telah memasuki edisi ketujuh. Naskah awalnya digarap 70 tahun yang lampau oleh DJ Borror, seorang profesor entomologi dan pemerhati bioakustik. Ia mengantongi koleksi 14.000 rekaman suara hewan.
Empat puluh dua tahun silam, persisnya Juni 1983, sewaktu kembali dari studi di University of Wisconsin-Madison (US), seluruh "harta" yang terkumpul selama lima tahun mondok di sana ikut diboyong pulang. Tak ketinggalan iijazah Magister dan Doktor. Sudah barang tentu, keduanya ijazah asli.
Sejatinya, sebagian besar dari harta itu adalah buku. Ada sekitar 100-an buku, semuanya berkaitan dengan serangga. Dari mulai buku teks semisal "The Science of Entomology" hingga buku sains populer seperti "Butterflies in My Stomach".
Dengan beasiswa sebesar US$340 saban bulan, saya tak perlu mengernyitkan dahi sewaktu mau membeli buku. Beasiswa sebesar itu sudah sangat memadai. Penyebab utamanya, kala itu saya masih bujangan "tong-tong".
Buku-buku yang saya bawa pulang itu kini masih ada, tersimpan rapi di suatu kamar yang dialihfungsikan sebagai perpustakaan. Banyak di antara buku tadi berselimutkan debu, lantaran lama tak terjamah.
Salah satu dari buku itu berjudul "An Introduction to the Study of Insects". Sampulnya berwarna kuning, serta dihiasi gambar capung (Gambar 1).
![]() |
Gambar 1. Buku "An Introduction to the Study of Insects" di antara buku-buku entomologi lainnya. |
Pada bagian dalam sampul tercantum banderol, yang angkanya tak lagi terbaca jelas, US$21.95. Buku itu saya beli sewaktu mengambil mata kuliah Ent 302 General Entomology. Buku yang sangat menolong saat menyelesaikan tugas pembuatan koleksi serangga.
Buku yang sama dijadikan pegangan untuk mata kuliah Ent 618 Insect Taxonomy. Sungguh, kekuatan buku ini terletak pada kunci identifikasi famili serangga yang ada di dalamnya.
Buku yang saya miliki tadi adalah edisi keempat. Tebalnya 852 halaman, dengan lebih dari 3/4-nya memuat kunci identifikasi famili serangga. Tak heran, oleh para mahasiswa yang mengikuti kelas taksonomi serangga, buku karya Borror & DeLong itu kerap diplesetkan sebagai "boring and too long".
Edisi pertamanya terbit pada tahun 1954, dan segera menjadi buku pegangan wajib di berbagai universitas di seluruh AS. Edisi kedua terbit tahun 1963, dan edisi ketiga tahun 1974. Untuk ketiga edisi ini, penulisnya adalah DJ Borror dan DM DeLong. Tak salah bila kemudian banyak orang menyebutnya buku "Borror & DeLong".
Edisi keempat terbit tahun 1976, dan edisi kelima tahun 1981. Untuk kedua edisi ini, penulisnya bertambah dengan CA Triplehorn. Ia adalah murid DJ Borror. Awalnya Triplehorn tertarik pada herpetologi, ilmu yang mempelajari amfibi dan reptil. Akan tetapi, setelah mengikuti kuliah dari Borror, ia beralih minat. Jatuh hati pada entomologi.
Edisi keenam terbit tahun 1989, dengan komposisi penulis: DJ Borror, CA Triplehorn, dan nama baru NF Johnson. Nama DM DeLong tak lagi tercantum, ia meninggal dunia beberapa tahun sebelum revisi.
Untuk keseluruhan edisi itu, DJ Borror selalu ditempatkan sebagai penulis pertama. Maklum, dialah yang paling banyak kontribusinya. Lantas siapakah sosok DJ Borror itu ?.
Nama lengkapnya Donald Joyce Borror. Lahir pada 24 Agustus 1907 di Sephard, Fanklin County (Ohio), dari pasangan Reverend Charles Herman dan Dora Alice Caywood Borror.
Setelah menyelesaikan SMA di North High pada 1924, ia melanjutkan studi di Otterbein College. Lulus B.Sc pada tahun 1928 dengan predikat magna cum laude dalam bidang biologi dan pendidikan.
Lantas ia melanjutkan studi di Ohio State University (OSU), memperoleh gelar M.Sc pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1935. Kedua-duanya dalam entomologi. Risetnya tentang sistematika capung (Odonata).
Selepas lulus S3, ia menjadi dosen pada Department of Zoology and Entomology di almamaternya. Mata kuliah yang diampunya meliputi General Entomology, Systematic Entomology, dan Insect Morphology.
Saat berdiri di depan kelas, ia dikenal sebagai dosen yang bicaranya gancang, bak kereta Whoosh trayek Jakarta-Bandung.
"Adalah suatu bencana andai pensil Anda jatuh saat mengikuti kuliahnya. Anda pasti keteteran, tak akan pernah bisa kembali ke jalur semula.", kenang CA Triplehorn yang pernah menjadi mahasiswanya.
DJ Borror adalah pekerja yang tak kenal lelah. Hampir seluruh kunci famili pada edisi pertama ditulis olehnya. Kunci itu biasanya diujicobakannya terlebih dahulu kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah taksonomi serangga. Penyempurnaan kerap kali ia lakukan manakala ada kunci yang tak jalan. Sebagaimana layaknya taksonom, ia menguasai bahasa Latin dan Yunani.
Tak hanya itu. Borror menulis naskah buku yang ratusan lembar itu menggunakan mesin tik lawas. Awal tahun 1950-an, memang belum ada mesin pengolah kata, apalagi komputer. Dapat dibayangkan betapa runyamnya bila ada kekeliruan.
Kegiatan mengajarnya di kampus sempat terputus semasa Perang Dunia II. Pada kurun waktu 1944-1946, ia ditugaskan di angkatan laut dengan pangkat letnan. Ia diberi tanggung jawab dalam pemberantasan nyamuk dan serangga penggangu lainnya di pangkalan udara korps marinir di North Carolina dan di Pasifik.
Konon, ia juga pernah ditugaskan di bagian intelijen. Sangat boleh jadi, pada saat itulah ia belajar menggunakan "vibralyzer", alat pembangkit visualissi ucapan.
Tak heran, setelah kembali ke kampus, ia tertarik dengan kegiatan merekam suara hewan, utamanya burung. Beruntung pula, pada tahun 1947 ia memperoleh alat perekam suara yang saat itu tergolong portable (Gambar 2), meski bobotnya 14 kg dengan kabel sepanjang 76 m. Berbeda dengan sekarang. Kini Anda dapat merekam bunyi jangkrik, cukup dengan bantuan telepon genggam.
![]() |
Gambar 2. DJ Borror sedang merekam bunyi serangga dengan alat perekam suara (Sumber: Sandra LL Gaunt).. |
DJ Borror dikenal sebagai perintis cabang ilmu, yang kala itu masih baru, yang disebut bioacoustics. Selama kariernya, terhitung sejak 1948, ia telah merekam lebih dari 14.000 suara hewan yang mewakili 400 spesies burung dan 125 spesies hewan lainnya.
Setelah pensiun pada tahun 1978, koleksi rekamannya itu disimpan di suatu gedung di kampus OSU. Sebagai sebuah penghargaan, gedung tadi diberi nama The Borror Laboratory of Bioacoustics (BLB). Hingga saat ini, BLB menyimpan 40.000 rekaman suara hewan, dan merupakan koleksi tertua dan terbesar di dunia.
Arsip rekaman bunyi 40 spesies serangga, hasil karya DJ Borror bersama mahasiswanya RD Alexander, yang semula berupa pita (tape) telah dikonversi ke dalam bentuk CD oleh Cornell Laboratory of Ornithology (Gambar 3).
![]() |
Gambar 3. CD berisi rekaman suara serangga. |
Andai Anda penasaran dengan bunyi merdu serangga yang terekam dalam CD itu, silakan mengunjungi kanal youtube Jackson Pope (klik di sini). Ia adalah mahasiswa pascasarjana pada History of Science Department, University of Oklahoma.
Donald Joyce Borror menghembuskan napas terakhirnya pada 28 April 1988 pada usia 80 tahun. Ia meninggalkan seorang anak laki-laki, Dr. Arthur C Borror yang merupakan profesor zoologi di University of New Hampshire, dua cucu, dan satu cicit.
Buku Borror & DeLong hingga kini telah dialihbahasakan setidaknya ke dalam tiga bahasa. Bahasa Arab (1966, berdasarkan edisi kedua), Portugis (1969, berdasarkan edisi kedua), dan Indonesia (1989, berdasarkan edisi keenam).
Edisi Bahasa Indonesia digarap oleh drh. Soetiyono Partosoedjono M.Sc. (almarhum), dosen pada Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Di toko online, harganya berkisar antara Rp.150 ribu hingga 400 ribu.
![]() |
Gambar 4. Buku terjemahan "An Introduction to the Study of Insects" |
Ibarat serangga, buku Borror & DeLong pun mangalami metamorfosis. Teranyar ia telah memasuki "instar" (baca: edisi) ketujuh.
Edisi ini terbit tahun 2005. Di Amazon, buku setebal 881 halaman ini dibanderol US$236.95. Ada diskon memang sebesar 51%, turun menjadi US$115.59. Akan tetapi, harga setelah didiskon pun tetap tak terjangkau dompet kita.
Komposisi penulisnya juga mengalami metamorfosis. Bukan lagi DJ Borror dan DM DeLong, tapi CA Triplehorn dan NF Johnson. Begitu pula judulnya. Buku itu sekarang mengusung judul "Borror and Delong's Introduction to the Study of Insects" (Gambar 5).
![]() |
Gambar 5.Buku "Borror and DeLong's Introduction to the Study of Insects". |
Penambahan kata "Borror and DeLong's", sebelum "Introduction to the Study of Insects", bukan tanpa sebab.
"Buku ini sudah kadung dikenal di kalangan entomologiwan sebagai buku Borror dan Delong", ujar Triplehorn memberi alasan.
Lebih dari itu, metamorfosis tampak pula pada sistematika serangga yang dianut dalam edisi ketujuh ini. Yang paling kentara adalah pada jenjang ordo.
Ordo Protura, Collembola, dan Diplura sekarang tak lagi digolongkan sebagai insekta. Pendek kata, mereka adalah heksapoda, tapi bukan serangga.
Serangga yang sebelumnya tergolong dalam ordo Thysanura, kini dipilah menjadi dua ordo: Thysanura dan Microcoryphia.
Adalah ordo Orthoptera yang paling banyak mengalami pemilahan.
Belalang ranting dan belalang daun yang semula tergolong ordo Orthoptera, saat ini menempati ordo tersendiri yakni Phasmatodea.
Jangkrik cadas (rock crawler) juga sekarang menempati ordo terpisah, Grylloblattodea.
Belalang sembah sekarang menempati ordo tersendiri yakni ordo Mantodea. Begitu pula kecoak yang semula masuk ordo Orthoptera, kini merupakan ordo terpisah yakni ordo Blattodea.
Jadi, sekarang ini, yang tergolong ordo Orthoptera hanyalah belalang, belalang kerik, jangkrik, dan orong-orong.
Selain pemilahan, ada pula peleburan atau penggabungan ordo.
Ordo Homoptera dan Hemiptera sekarang dilebur menjadi ordo Hemiptera, dengan tiga subordo: Heteroptera (kepik), Auchenorrhyncha (tonggeret, berbagai wereng), dan Sternorrhyncha (berbagai kutu tanaman).
Kutu pengisap (Anoplura) dan kutu penggigit (Mallophaga) semula merupakan ordo terpisah. Sekarang keduanya menyatu membentuk ordo Phthiraptera, dengan empat subordo: Anoplura, Rhynchophthirina, Amblycera, Ischnocera.
Selain itu ada penambahan ordo baru yakni Mantophasmatodea (Gambar 6). Ordo ini pertama kali diketahui keberadaannya pada tahun 2001 di Afrika. Dinamakan demikian karena kemiripannya dengan ordo Mantodea (belalang sembah) dan Phasmatodea (belalang ranting).
![]() |
Gambar 6. Tanzaniophasma ♀ dari Gunung Dedza, Malawi (Sumber: Roth et al. CC BY 4.0) |
Sementara itu, ordo-ordo lainnya tidak mengalami pemilahan atau peleburan. Di dalamnya meliputi Ephemeroptera, Odonata, Dermaptera, Plecoptera, Embioptera, Zoraptera, Isoptera, Thysanoptera, Psocoptera, Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Trichoptera, Lepidoptera, Siphonaptera, Mecoptera, Strepsiptera. dan Diptera.
Hingga sekarang (2025), edisi ketujuh sudah berusia 20 tahun. Selama kurun waktu itu telah terjadi perkembangan baru dalam sistimatika serangga, utamanya pada jenjang famili. CA Triplehorn sungguh menyadari akan hal itu. Ia saat ini tengah menggarap edisi kedelapan.
Bogor, 25 April 2025